Akhir-akhir ini masyarakat kita
dikagetkan adanya penembakan anggota polisi berseragam secara beruntun di jalan
raya. Tidak hanya penembakan tetapi juga aksi perusakan perlengkapan polisi
diantaranya pelemparan bom molotof di Polres Surakarta.
Berbagai analisa dilontarkan,
diantaranya polisi sebagai institusi banyak mempunyai musuh karena dalam
tugasnya adalah menertibkan masyarakat yang secara otomatis banyak menghambat
kepentingan orang tertentu. Ada yang menduga hal ini dilakukan oleh terosis
yang dendam kepada Densus 88 karena mereka tidak mampu melawan Densus 88 maka
mereka membalas dengan cara menembak polisi yang dijalanan. Karena memang
jumlah polisi yang dilapangan jauh lebih banyak dari pada Densus 88.
Ada juga yang menduga penembakan
terjadi karena saingan lahan pengawalan. Meskipun bukti belum menunjukkan
adanya motih kearah sana akan tetapi hal ini patut untuk dicermati, karena
semua permusuhan di kota Jakarta muaranya pada uang. Masalah ini bisa
dikorelasikan pada waktu para perusahaan pengawalan asing akan masuk ke
Indonesia hamper setiap hari dikejutkan oleh adanya perampokan uang dijalanan
dengan menggunakan motor Yamaha RX King. Memang hal ini belum bisa dibuktikan
tetapi kecurigaan untuk menangkap fakta itu sah-sah saja.
Perkiraan ketiga adalah balas
dendam keluarga yang terkena kesewenangan polisi dengan cara meneror anggota
polisi dijalanan. Namum kemungkinan ini sangat kecil kecuali kalau mereka yang
dendam adalah jaringan pengedar narkoba yang berkantong tebal.
Polisi sudah mencoba mengurai dan
telah diambil kesimpulan adanya perbedaan kejadian penembakan di Pondok Aren
dan di Jl. Rasuna Said. Penembakan yang terjadi di depan gedung KPK lebih
professional, terlatih dan terencana. Disana korban sedang mengawal enam truk
bermuatan baja dari Tanjung Priok ke Rasuna Tower.
Terlepas dari kejadian tersebut di
atas menurut penulis salah satu kelemahan polisi adalah kurang disiplinya
mereka dalam pengawalan. Banyak terlihat ketika mereka mengawal pergantian uang
di ATM senjata mereka dicangklong sambil merokok dan cekikikan ketawa tanpa
waspada sama sekali. Seandainya tiba-tiba ada perampok sudah barang tentu akan kalah
cepat dalam menggunakan senjata. Demikian juga ketika mengepung tersangka
teroris mereka menggantungkan senjatanya sambil ngobrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar