Minggu, 07 Oktober 2012

Kemenhan: Pengadaan Trimaran Tetap Dilanjutkan

Posted: 02 Oct 2012 09:22 AM PDT ARTILERI
Kasus terbakarnya kapal cepat rudal pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625, di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, 28 September, pekan lalu tidak menyurutkan langkah Kementerian Pertahanan. Instansi ini tetap akan melanjutkan pengadaan kapal sejenis. Kemenhan berencana membeli empat unit kapal sejenis.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pembelian kapal berjenis trimaran itu penting untuk memenuhi alutsista TNI AL. Apalagi kapal tersebut diproduksi di dalam negeri oleh putra-putri Indonesia. Dengan demikian, Kemenhan berupaya menghidupkan industri pertahanan dalam negeri.

KRI Klewang

Peristiwa terbakarnya KRI Klewang bukan jadi penghalang rencana pembelian kapal sejenis. Sebab, kata Menhan, "Tiga unit lainnya sudah diasuransikan. Sedangkan KRI Klewang belum diserahterimakan sehingga masih dalam tanggung jawab penjual."

Menhan mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima laporan tentang KRI Klewang. Berdasarkan penyelidikan sementara, kapal itu terbakar karena korsleting listrik. "Saya sudah telepon langsung. Sudah kontak ke vendornya. Tidak masalah untuk dilanjutkan kembali," tegasnya.


TNI Tak Khawatir Pakai KRI Klewang

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengatakan, pihaknya tak khawatir atas keamanan KRI Klewang 625 meskipun sempat terbakar. Agus menilai kapal itu tetap aman jika seluruh sistem dalam kapal terpasang. "Selama peralatan keselamatannya terpasang baik (tetap aman), " kata Agus.

Agus menilai kebakaran di KRI Klewang bisa terjadi lantaran peralatan keselamatan di kapal belum terpasang seluruhnya setelah terjadi konsleting listrik. Akibatnya, penanggulangan tidak berjalan. Adapun untuk memadamkan api ketika itu, kata dia, membutuhkan waktu.

Meski demikian, Agus mengatakan pihaknya tetap akan mengevaluasi kapal tersebut agar peristiwa serupa tidak terulang di kapal pengganti.


Bangkai KRI Klewang-625 Ditarik

Bangkai KRI Klewang kini mulai dipindahkan dari dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi. Penarikan bangkai kapal dimulai Selasa, 2 Oktober 2012 pukul 11.30 WIB menggunakan satu unit kapal tunda (tugboat) dan sekoci. Dari bangkai kapal itu, terlihat bagian lambung bawah yang patah menjadi dua bagian.

Menurut karyawan PT Lundin Industry Invest yang ikut dalam penarikan, bangkai KRI Klewang akan dibawa ke galangan kapal perusahaan itu di Kelurahan Sukowidi, Banyuwangi. Jarak antara dermaga TNI AL ke galangan PT Lundin sekitar 3 mil. Kedua galangan tersebut masih berada di Selat Bali.

Proses penarikan bangkai kapal senilai Rp 114 miliar itu terhambat karena berlawanan dengan arah angin. Bangkai ditarik ke arah selatan, sementara angin di Selat Bali mengarah ke utara. Sehingga tugboat dan sekoci terlihat terombang-ambing di seputar dermaga. Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, enggan menjelaskan soal penarikan bangkai KRI Klewang itu.


Hikmah di Balik KRI Klewang Terbakar

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparmo menilai ada hikmah dari terbakarnya KRI Klewang. Menurut dia, peristiwa itu menjadi bahan evaluasi bagi masa depan kapal tersebut. "Ini memang peristiwa menyedihkan. Di balik itu ada hikmahnya buat TNI AL. Kita akan evaluasi," kata Soeparmo.

Soeparmo menambahkan, sebenarnya kapal itu belum diberi nama. Namun, publik sudah menyebut sebagai KRI Klewang. Nantinya, kata dia, kapal itu akan diberi nama oleh Menhan ketika diresmikan.


KRI Klewang, Impian yang Tertunda

KRI Klewang diklaim tidak bisa terdeteksi radar. Spesifikasinya, berbobot 53,1 GT, panjang 63 meter, menggunakan 4x marine engines MAN nomimal 1.800 PK yang dapat melaju hingga 35 knot. Kapal canggih ini diluncurkan pada 30 Agustus lalu dan direncanakan untuk diujicoba selama sebulan dengan 27 kru dari pasukan TNI AL.

Kapal tersebut merupakan hasil kolaborasi riset, desain, dan pengembangan antara North Sea Boats Pte Ltd atau PT Lundin Industry Invest bersama arsitek kapal LOMO Cean dari Selandia Baru. Kapal memiliki panjang keseluruhan 63 meter, berlunas tiga atau trimaran dan seluruh elemen strukturalnya berbahan dasar vinylester carbon fiber atau infused.

KRI Klewang- 625 disebut memiliki kemampuan stabilitas yang sangat baik dan rancangan lambung yang dangkal, dan didesain untuk berpatroli di pesisir pantai yang panjang. Konstruksi kapal ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain lebih ringan, efisien dalam biaya perawatan, kemampuan tidak terdeteksi oleh radar dan tidak mengandung unsur magnet.

Jurnal parlemen/Kompas/Tempo
Posted: 02 Oct 2012 08:37 AM PDT
Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan untuk membeli salah satu dari tiga jenis helikopter serang untuk melengkapi alutsista TNI. Ketiga jenis helikopter serang itu yaitu Apache, Super Cobra, atau Black Hawk. Pertimbangan ini muncul karena harga Apache yang terlalu mahal dan pemerintah mencari sejumlah alternatif sebagai perbandingan.

Faktor yang menjadi pertimbangan utama untuk memilih yakni harga. "Semuanya belum final, kami belum menentukan yang mana karena berkaitan dengan kebijakan DPR. Ada beberapa heli yang kami pilih, diantaranya Apache, Super Cobra, dan Black Hawk," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 2 Oktober 2012.

Apache AH-64D
Apache AH-64D
[Foto:Militaryphotos]

Untuk Super Cobra, kata Pramono, ditawarkan dengan harga US$15 juta. Heli tersebut juga buatan AS dengan spesifikasi 45 persen sama dengan Apache, tetapi kemampuannya masih di bawahnya. Kemudian Black Hawk menjadi pilihan terakhir, yang dulunya heli serbu atau angkut, kemudian dikembangkan menjadi helikopter serang. Pramono tidak menyebutkan berapa harga heli Black Hawk yang terkenal di film "Black hawk Down" itu.

"Kami ingin bandingkan dengan beberapa jenis helikopter lain yang mungkin walaupun kemampuan dan kualitasnya lebih rendah dari Apache, tapi kita bisa dapatkan lebih (banyak)," kata Purnomo.

Edhie menambahkan, Apache memang menjadi prioritas pertama pihaknya. Menurut dia, sudah ada pembicaraan dengan pihak AS mengenai harga. Namun, harga yang ditawarkan berubah-ubah dari sebesar Rp 25 juta dollar AS per unit, lalu Rp 30 juta dollar AS per unit.

Jadi, kata Edhie, pembelian Apache ini tergantung dari dana yang diserap. Pramono juga mengungkapkan alasan mengapa TNI harus memiliki helikopter serang. Menurutnya, helikopter serang diperlukan untuk perlindungan darat. "Jadi, andai kami mau melakukan pergerakan, heli ini yang melindungi tank dari udara," katanya.


Tanggapan DPR

Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq meminta pemerintah menjelaskan pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton bahwa Indonesia akan membeli delapan helikopter Apache dari AS. Hal itu diungkap Hillary setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Washington.

Masalahnya, Komisi I DPR tak tahu soal rencana pembelian Apache lantaran tidak pernah ada penyampaian dari pemerintah, baik dalam pertemuan formal maupun informal. Komisi I baru tahu setelah muncul dalam pemberitaan.

Boeing CH-47 Chinook
[Foto: Airliner]

Alasan Purnomo, pihaknya memang ingin membeli helikopter serang. Alasannya, negara-negara tetangga sudah memperkuat alutsista dengan membeli helikopter Apache. Hanya saja, menurut dia, rencana itu masih terlalu dini untuk disampaikan kepada DPR lantaran masih mempertimbangkan banyak hal, khususnya harga.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, mengatakan jenis pesawat yang paling dibutuhkan Indonesia saat ini adalah jenis pesawat angkut, pesawat tempur, dan pesawat angkut multi fungsi yang bisa dipakai untuk penanggulangan bencana. "Kalau saya lihat, kebutuhan jangka panjang pesawat Chinook masih dibutuhkan," ujarnya.

Mahfudz menduga Amerika mempunyai kepentingan untuk memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia. "Dan ingin memastikan Indonesia membeli helikopter Apache dari mereka, tapi persetujuan itu tidak mengikat, pemerintah tetap terbuka melihat pilihan-pilihan lain," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar