Selama Perang Dingin, Angkatan Udara Uni Soviet adalah angkatan udara terbesar di dunia. Armada tempur udara Soviet utamanya dibuat oleh beberapa perusahaan dirgantara, yaitu Mikoyan-Gurevich, Sukhoi dan Tupolev. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya memproduksi pesawat dalam jumlah yang besar, namun juga berteknologi tinggi.
Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, berbagai negara baru bermunculan dan mereka juga mewarisi berbagai pesawat tempur, serang, pembom dan transportasi, meskipun sebagian besar masih diwarisi oleh Rusia. Mendekati keruntuhan Uni Soviet, berbagai perusahaan-perusahaan dirgantara Rusia mengalami masa kritis akibat krisis ekonomi, hingga akhirnya mulai bangkit pada tahun 2000-an.
Setelah hampir seperempat abad sejak Uni Soviet runtuh, Rusia akhirnya kembali menancapkan cakarnya di udara. Mulai dari pengembangan varian-varian Sukhoi yang lebih canggih, powerfull dan mematikan, hingga upgrade pesawat-pesawat era Uni Soviet untuk memenuhi kebutuhan perang udara Rusia di masa kini dan masa mendatang.
Di bawah ini adalah 5 pesawat Rusia yang paling mematikan yang kami kutip dari laman National Interest.
Setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, berbagai negara baru bermunculan dan mereka juga mewarisi berbagai pesawat tempur, serang, pembom dan transportasi, meskipun sebagian besar masih diwarisi oleh Rusia. Mendekati keruntuhan Uni Soviet, berbagai perusahaan-perusahaan dirgantara Rusia mengalami masa kritis akibat krisis ekonomi, hingga akhirnya mulai bangkit pada tahun 2000-an.
Setelah hampir seperempat abad sejak Uni Soviet runtuh, Rusia akhirnya kembali menancapkan cakarnya di udara. Mulai dari pengembangan varian-varian Sukhoi yang lebih canggih, powerfull dan mematikan, hingga upgrade pesawat-pesawat era Uni Soviet untuk memenuhi kebutuhan perang udara Rusia di masa kini dan masa mendatang.
Di bawah ini adalah 5 pesawat Rusia yang paling mematikan yang kami kutip dari laman National Interest.
PAK FA
PAK FA merupakan proyek penerbangan Rusia yang paling ambisius pasca berakhirnya Perang Dingin. PAK FA yang merupakan akronim dari Perspektivnyi Aviacionnyi Kompleks Frontovoi Aviacii adalah pesawat tempur generasi kelima Rusia yang dikembangkan Biro Desain Sukhoi, yang selama ini sukses dengan Su-27 Flanker-nya. PAK FA mulai dikembangkan pada bulan April 2002 setelah Sukhoi memenangkan tender desain untuk menciptakan pesawat tempur masa depan Rusia.
Permukaannya yang datar membuat pesawat siluman ini sekilas masih mirip dengan Su-27 Flanker. PAK FA diberikan kemampuan supercruise, yaitu kemampuan untuk terbang dengan kecepatan di atas Mach 1 tanpa menggunakan afterburner, dengan kata lain kecepatan tersebut dapat dicapainya hanya dengan menggunakan mesin. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar active electronically scanned array (AESA) dan sensor elektro-optik untuk melacak dan menyerang target. Teluk senjata internalnya (internal weapon bay) mampu membawa hingga 6 rudal jarak jauh, rudal udara ke darat, atau rudal campuran. Disimpannya rudal di teluk senjata internal (di dalam badan) berguna agar tidak merusak fitur silumannya.
PAK FA pertama kali terbang pada tanggal 29 Januari 2010, terbang selama 47 menit dari pabrik pesawat Yuri Gagarin di timur jauh Rusia. Saat ini sudah 5 prototipe PAK FA yang terbang, dengan 450 penerbangan uji coba hingga akhir 2013. PAK FA akan mulai diproduksi untuk Angkatan Udara Rusia pada tahun 2016. Dilaporkan, hingga tahun 2024, Rusia akan memperkuat armada tempur udaranya dengan 400-450 PAK FA.
Permukaannya yang datar membuat pesawat siluman ini sekilas masih mirip dengan Su-27 Flanker. PAK FA diberikan kemampuan supercruise, yaitu kemampuan untuk terbang dengan kecepatan di atas Mach 1 tanpa menggunakan afterburner, dengan kata lain kecepatan tersebut dapat dicapainya hanya dengan menggunakan mesin. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar active electronically scanned array (AESA) dan sensor elektro-optik untuk melacak dan menyerang target. Teluk senjata internalnya (internal weapon bay) mampu membawa hingga 6 rudal jarak jauh, rudal udara ke darat, atau rudal campuran. Disimpannya rudal di teluk senjata internal (di dalam badan) berguna agar tidak merusak fitur silumannya.
PAK FA pertama kali terbang pada tanggal 29 Januari 2010, terbang selama 47 menit dari pabrik pesawat Yuri Gagarin di timur jauh Rusia. Saat ini sudah 5 prototipe PAK FA yang terbang, dengan 450 penerbangan uji coba hingga akhir 2013. PAK FA akan mulai diproduksi untuk Angkatan Udara Rusia pada tahun 2016. Dilaporkan, hingga tahun 2024, Rusia akan memperkuat armada tempur udaranya dengan 400-450 PAK FA.
Su-25 Frogfoot
Pada awal tahun 1968, Departemen Pertahanan Uni Soviet menginginkan pesawat khusus untuk menghancurkan kendaraan lapis baja dalam upaya memberi dukungan tempur bagi pasukan darat Uni Soviet, setelah dipensiunkannya pesawat serangan darat Ilyushin Il-2. Pesawat-pesawat tempur pembom Soviet yang ada saat itu (Su-7, Su-17, MiG-21 and MiG-23) juga tidak cocok melakukan dukungan udara jarak dekat bagi pasukan darat, karena tidak dilengkapi lapisan armor untuk melindungi pilot dan kecepatan penerbangannya yang tinggi menyulitkan kontak visual pilot dengan target. Akhirnya Su-25 mulai dikembangkan pada tahun 1972 dan terbang pertama kali pada 22 Februari 1975.
Seperti halnya pesawat A-10 Amerika Serikat, Su-25 dirancang untuk serangan darat jarak dekat. Su-25 digambarkan sebagai truk sarat mutan dengan sepuluh cantelan untuk membawa bom, peluncur roket, rudal udara ke permukaan dan rudal udara ke udara. Su-25 juga dilengkapi dengan kanon GSh-30-2 30 mm untuk mengatasi target kecil di darat.
Su-25 telah diterjunkan dalam berbagai konflik di dunia, mulai dari pendudukan Soviet di Afghanistan pada 1979-1989, perang di Chechnya, Perang Teluk Persia, dan sekarang konflik di Ukraina. Versi baru standar Su-25 SM, dilakukan upgrade pada airframe, head up display, sistem navigasi satelit GLONASS dan radar penerima peringatan. Sekitar 195 unit Su-25 dari berbagai varian yang kini dioperasikan Rusia.
Seperti halnya pesawat A-10 Amerika Serikat, Su-25 dirancang untuk serangan darat jarak dekat. Su-25 digambarkan sebagai truk sarat mutan dengan sepuluh cantelan untuk membawa bom, peluncur roket, rudal udara ke permukaan dan rudal udara ke udara. Su-25 juga dilengkapi dengan kanon GSh-30-2 30 mm untuk mengatasi target kecil di darat.
Su-25 telah diterjunkan dalam berbagai konflik di dunia, mulai dari pendudukan Soviet di Afghanistan pada 1979-1989, perang di Chechnya, Perang Teluk Persia, dan sekarang konflik di Ukraina. Versi baru standar Su-25 SM, dilakukan upgrade pada airframe, head up display, sistem navigasi satelit GLONASS dan radar penerima peringatan. Sekitar 195 unit Su-25 dari berbagai varian yang kini dioperasikan Rusia.
Tu-95 "Bear"
Salah satu pesawat tertua namun termasuk yang paling efektif dalam gudang persenjataan udara Rusia adalah Tupolev Tu-95 "Bear". Tu-95 adalah pesawat pembom yang desainnya sudah berusia 60 tahun lebih. Angkatan Udara Rusia mempercayakan misi serangan jarak jauh kepada Tu-95, termasuk penerbangannya ke 50 mil dari garis pantai California, Amerika Serikat.
Karena semakin canggihnya sistem pertahanan udara Amerika Serikat, membuat sulit bagi Tu-95 menembus wilayah Amerika Serikat. Akhirnya Tu-95 berevolusi menjadi pesawat pembawa rudal jelajah nuklir, membawa satu rudal jelajah nuklir Raduga Kh-20.
Tu-95 juga berevolusi menjadi pesawat patroli dan pesawat intai maritim. Kecepatannya yang tinggi dan jangkauannya yang jauh membuatnya mampu mengawasi konvoi armada Atlantik Utara dan kemudian menyerang mereka dengan rudal jelajah atau dengan menyerahkannya ke kekuatan udara lain atau kekuatan laut.
Setelah absen sekian lama sejak Perang Dingin berakhir, pembom-pembom ini mulai kembali melakukan patroli penerbangan jarak jauh. Pada tanggal 4 September, dua pembom Tu-95 terbang dari Rusia barat menuju pesisir timur Amerika Serikat. Bertepatan selama KTT NATO di Wales di mana aliansi membahas situasi di Ukraina. Saat ini sekitar 58 unit Tu-95 yang masih dioperasikan Angkatan Udara Rusia.
Karena semakin canggihnya sistem pertahanan udara Amerika Serikat, membuat sulit bagi Tu-95 menembus wilayah Amerika Serikat. Akhirnya Tu-95 berevolusi menjadi pesawat pembawa rudal jelajah nuklir, membawa satu rudal jelajah nuklir Raduga Kh-20.
Tu-95 juga berevolusi menjadi pesawat patroli dan pesawat intai maritim. Kecepatannya yang tinggi dan jangkauannya yang jauh membuatnya mampu mengawasi konvoi armada Atlantik Utara dan kemudian menyerang mereka dengan rudal jelajah atau dengan menyerahkannya ke kekuatan udara lain atau kekuatan laut.
Setelah absen sekian lama sejak Perang Dingin berakhir, pembom-pembom ini mulai kembali melakukan patroli penerbangan jarak jauh. Pada tanggal 4 September, dua pembom Tu-95 terbang dari Rusia barat menuju pesisir timur Amerika Serikat. Bertepatan selama KTT NATO di Wales di mana aliansi membahas situasi di Ukraina. Saat ini sekitar 58 unit Tu-95 yang masih dioperasikan Angkatan Udara Rusia.
Tu-160
Tu-160 "Blackjack". Gambar: Aleksander Markin/Wiki Common |
Di awal 1970-an, Uni Soviet menginginkan pesawat pembom berkecepatan tinggi yang mampu melakukan penetrasi ke wilayah udara musuh baik di ketinggian tinggi maupun rendah, mampu lepas landas dan mendarat di jarak yang pendek, sehingga bisa dioperasikan di lapangan udara kecil. Akhirnya setelah masa pengembangan yang lama, Tu-160 yang pertama terbang pada 18 Desember 1981.
Dijuluki "White Swan" di Rusia, dengan sayap yang bisa menyapu (dilipat ke belakang), bentuk ramping, dan mesin turbofan yang dipasang di bawah badan pesawat. Tu-160 merupakan pembom unik dan mematikan.
Tu-160 memiliki kecepatan maksimum 2.000 kilometer per jam dan jangkauan 14.000 kilometer tanpa perlu mengisi bahan bakar selama perjalanannya. Untuk menambah jangkauannya, Tu-160 dapat diisi bahan bakar (dengan air refueling) oleh pesawat tanker Il-78.
Tu-160 mampu membawa 22 ton persenjataan pada dua teluk senjata eksternalnya, termasuk rudal jelajah nuklir Raduga Kh-55. Kh-55 merupakan rudal low-observable, bertenaga turbofan dengan jangkauan lebih dari 2.500 kilometer. Tu-160 mampu membawa hingga 12 Kh-55.
Untuk tujuan defensif, sistem pertahanan diri Baikal akan mendeteksi dan mengacaukan sistem pertahanan udara musuh. Sistem deteksi termalnya dapat mendeteksi rudal atau pesawat musuh yang masuk, kemudian menyerangnya dengan rudal atau mempertahankan diri dengan melepaskan flare.
Tiga puluh lima Tu-160 telah dibangun oleh Uni Soviet dan Rusia. Hanya 16 unit yang kini digunakan oleh Rusia. Meskipun bukan termasuk bomber berbadan besar, namun jika 16 unit ini disatukan makan dapat meluncurkan 192 rudal jelajah nuklir Kh-55, yang setiap rudal kekuatannya setara 200 kiloton TNT. Sebagai pembanding, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, Jepang, hanya berkekuatan sekitar 16 kiloton.
Su-35 Flanker
Sukhoi Su-35 saat MAKS Air Show 2011. Gambar: Dmitry Avdeev/Wiki Common |
Sistem senjata, propulsi (mesin) dan avionik telah ditingkatkan. Radar AESA Erbis-E mampu mendeteksi pesawat lain hingga jarak 400 km. Untuk pertahanan diri, Su-35 dilengkapi dengan sistem peperangan elektronik Khibiny-M, serta KNIRTI SAP 14 dan 518 jammers, yang secara bersama-sama dapat mengacaukan radar NATO. Jammers-nya juga bisa mengirimkan sinyal palsu untuk mengecoh radar musuh.
Dua mesin Su-35, varian dari NPO Saturn AL-41 yang juga mirip dengan versi yang digunakan PAK FA, serta thrust vectoring nozzle memberikannya kemampuan dan kualitas manuver yang luar biasa dalam pertempuran udara. Badan pesawat ini terbuat dari titanium, untuk mengurangi bobotnya namun meningkatkan kekuatannya. Sebagain besar bidang utama badan Su-35 menggunakan bahan penyerap radar, artinya pesawat ini semi siluman (diperkuat lagi dengan jammers).
Soal senjata, Su-35 mampu membawa berbagai jenis senjata dalam jumlah yang besar. Pesawat ini memiliki 19 cantelan untuk membawa senjata, jammers, tanki bahan bakar eksternal dan sensor tambahan. Su-35 selama ini hanya terlihat membawa dua jenis rudal yaitu K-77ME, versi ramjetnya dari rudal udara ke udara JK-77, dan KH-59, rudal untuk serangan darat. Hingga tahun depan, Rusia akan memiliki 48 unit Su-35.
Sumber: Altileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar